Rapat Kordinasi Penanganan dan Pencegahan Penyakit DBD dan Chikungunya

Rabu, 22 Nopember 2017 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 3970 Kali

       Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia (STIKES BHM) Madiun, berkoordinasi dengan Badan Perwakilan Provinsi Jawa Timur (Bakorwil I Madiun) dalam Upaya Penanganan Penyakit DBD. DBD kembali mengacam wilayah sekitar sehubungan dengan datangnya musim penghujan, oleh karena itu dengan di fasilitasi Bakorwil I Madiun, kita semua harus selalu waspada akan ancaman kejadian DBD, jika saja kita berpangku tangan. STIKES BHM di undang untuk mengikuti Rapat Koordinasi Penanganan dan Penceghan Penyakit DBD dan Chikungunya se-Wilayah Bakorwil I Madiun Tahun 2017.

         Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Dinkes, RSUD, Kader Kesehatan 10 Kab./Kota yang merupakan Wilayah I Madiun, yaitu Kab./Kota Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Pacitan, Kab. Trenggalek, Kab. Tulung Agung dan Kab./Kota Kediri. Dalam rapat tersebut dibahas apa yang menjadi faktor risiko DBD dan upaya penanganan dan penanggulangannya. Kegiatan yang di awali dengan edukasi panel oleh dua (2) narasumber dari RSUP Dr. Soedono Madiun (dr. Vindrya Raharjanti, Sp.PD) serta Kabid P2P Dinkesprop. Jatim (drg. Ansarul Fahruda, M.Kes) yang masing-masing membahas tentang Penyakit DBD (Klinis) serta Faktor Risiko dan Upaya Pencegahannya, dengan Moderator dari STIKES BHM Madiun (Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid.)

     Dalam kesempatan tersebut telah dilakukan sharing program untuk dapat meminimalisasi angka kejadian, dimana menekankan pada program PSN 3M Plus yaitu Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang dengan salah satu upaya biologi adalah memelihara tanaman pengusir nyamuk dan bukan menekankan pada fogging focus, dimana kegiatan ini dengan melibatkan steakholder terkait. Sharing yang dilakukan adalah program pemberdayaan masyarakat dengan mengoptimalisasi 1 rumah 1 jumantik, bahkan dilakukan di sekolah dengan 1 kelas 1 jumantik. Program tersebut efektif menekan populasi jentik dan dapat menjadi rujukan untuk dapat di lakukan oleh Kab/Kota lain, sehingga ABJ meningkat. Maningkatnya ABJ dapat menurunya angka kejadian DBD, sebagaimana pada tahun 2017 ini angka kasusnya menurun dari sebelumnya 5226 menjadi 1698 kasus dengan CFR 1,1% menjadi 0,7%. Namun patut di waspadai sehubungan bahwa untuk wilayah Jawa Timur terjadi fluktuasi 3 tahunan, dan 2018 tidak terjadi peningkatan kasus.

       Sebagai simpulan rapat tersebut disampaikan juga bahwa berdasar penelitian (WHO, 2003) DBD di Asia ditemukan pada ketinggian 1000 – 1500 meter dpl, dan di Kolombia pada ketinggian 2200 meter dpl., hal tersebut sebagian besar juga karena faktor iklim, cuaca, perilaku dan lingkungan. Visi dan strategi pencegahan dan penanggulangannya adalah Individu maupun masyarakat mandiri dalam mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD, Optimalisasi kegiatan PSN 3M Plus, Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sedangkan strategi yang dilakukan adalah Pengendalian Vektor dengan Pemberdayaan Masyarakat, Penguatan sistem surveilens, Tatalaksana penderita yang adekuat, dan Dukungan Manajemen.